Archive for 2015
Di lokasi pembuatan video trailer novel Pacar Ketiga. |
Kalau ada orang
yang paling antusias dengan terbitnya novel saya, Pacar Ketiga, dia adalah
Nikotopia. Yap, partner in crime saya
dalam menulis skenario. Sejak tahu novel saya akan terbit di Gramedia Pustaka
Utama, justru Niko yang rajin ngeluarin ide-ide dari kepalanya, tentang
bagaimana mempromosikan novel ini.
“Ayo, Dhik, bikin trailer novelnya!
Biar bisa merangkul banyak calon pembacamu.” Begitu kata Niko.
Tadinya saya nggak kepikiran sama sekali tentang membuat trailer novel.
Tapi karena akhirnya saya sadar bahwa marketing itu penting dalam sebuah
industri penerbitan, saya setuju- dengan ide membuat trailer novel. Ya meski
nggak heboh-heboh amat, paling tidak dari penulisnya sendiri ada effort untuk menyebar informasi bahwa
karyanya terbit. Nah, semakin banyak yang tahu maka semakin besar kemungkinan
orang mau membeli karya kita.
Dan berhubung saya orangnya nggak enakan, sebisa mungkin saya maunya nggak
bikin Niko repot. Soalnya ide-ide dia, semakin bagus maka semakin susah
pembuatannya.
“Disederhanakan aja, Niko. Gak perlu susah-susah bikinnya. Yang penting
informasinya jelas.”
Masukan saya itu ditolak mentah-mentah, karena Niko nggak mau
setengah-setengah dalam membantu bikin trailer novel. Dia mau hasilnya bagus.
Akhirnya saya cuma bisa ngalah dan pasrah aja deh, maunya Niko gimana, siapa
tau aja hasilnya emang keren! Hehehehe.
Hari Sabtu yang lalu, 17 Januari, saya pun naik motor menuju rumah Niko di
daerah BSD Tangerang. Untuk apa lagi kalau bukan pengerjaan trailer novel.
Sesampainya di rumah Niko, kami berdua berdiskusi seru tentang bikin trailer
novel Pacar Ketiga. Niko pengin banget bikin stopmotion, tapi saya tahu bikin stopmotion itu pasti capek!
Nah, sedangkan bayangan saya adalah, cukup merekam video di tengah-tengah
ilalang di saat senja. Dan saya kepikiran untuk bikin kertas-kertas berbentuk
simbol love, dengan tulisan di tengahnya. Nantinya kertas berbentuk love itu
akan ditempel di tiap batang ilalang. Nggak nyangka, ternyata Niko menyambut
antusias ide ini. Sementara itu, langit di luar rumah Niko mendung, sehingga kami harus buru-buru. Sebelum senja benar-benar tidak bisa kami temui karena kemungkinan hujan yang akan segera turun.
Saya dan ilalang. Foto apik bidikan Nikotopia. |
Kami beres-beres untuk membawa keperluan “syuting”. Buku-buku, peralatan
tulis, gunting, double tape, kertas, power
bank, bantal kecil berbentuk love, bahkan
tongsis! Nah, dikarenakan saya belum punya buku fisik Pacar Ketiga, maka Niko
mengajak saya dulu ke tempat print di dalam mal dekat rumahnya. Kami nge-print cover Pacar Ketiga (depan-belakang)
di kertas glossy. Lumayan bikin
mbak-mbaknya kepo dan nanya Niko, “Apaan nih, Pacar Ketiga?” Setelah Niko
ngasih penjelasan, eh si mbak yang baik hati itu malah mau beli novelnya nanti
kalau sudah beredar di toko buku. Terima kasih atas kebaikanmu, Mbak, semoga
akhir bulan ini gajimu naik.
Setelah print cover, Niko pun
menyulapnya dengan menempelkan print cover itu di novel lain. Jadi novel Looking For Alibrandi-nya Melina
Marchetta untuk sementara cover-nya
dibajak dulu dengan cover Pacar Ketiga! Xixixixixi….
Sebelum kami berangkat ke lokasi
syuting, kami mengisi perut dulu di sebuah warung nasi Sunda. Untuk ukuran
tempat makan yang sederhana itu, menu yang saya makan cukup nikmat: nasi, kulit
melinjo, sayur daun singkong, telor asin, terong ijo, dan sambel. Minumnya teh
manis hangat. Niko juga menikmati makannya yaitu nasi, sayur-sayuran dan tempe.
Suasana makan yang sungguh syahdu, ditemani lagu dangdut di radio berjudul
“Cabe-cabean” yang saya sendiri nggak tahu siapa penyanyinya. Sedang lagu sebelumnya
adalah “Sopir Taksi dan Gadis Desa” yang saya tahu betul bahwa lagu itu
dinyaniin sama Iis Dahlia dan… (bentar, googling
dulu) Yus Yunus, hihihi….
Setelah kami membayar bill (yaelah bill), kami pun segera meluncur menuju Alam Sutera. Saya yang mengendarai
motor, sementara Niko dibonceng sambil membidik pemandangan di sepanjang jalan
dengan kamera ponsel pintarnya. Cahaya senja sudah mulai tiba, itu sekitar
pukul lima sore. Akhirnya kami tiba di sebuah lapangan rumput yang luas, yang
tidak ada siapa-siapa di situ sehingga membuat kami leluasa untuk melakukannya.
Melakukan syuting.
Menyiapkan kertas dan peralatan tulis. |
Semua alat tempur disiapin. Niko
berkutat dengan kameranya, sembari mencari tempat-tempat yang tepat untuk pengambilan gambar. Sementara saya mengeluarkan
kertas A4 beserta alat-alat tulis. Saya lalu membuat pola dengan pensil lalu
mengguntingnya sesuai bentuk yang diinginkan. Misalnya satu kertas yang saya
gunting sehingga membentuk simbol love,
segera saya tulisi kata “rahasia”, dan
lain-lainnya. Ternyata saya nggak sadar bahwa Niko diam-diam ngelakuin candid. Dia juga minta saya untuk selfie bareng, tujuannya ya buat
keperluan behind the scene trailer
ini. Niko menjalankan perannya sebagai sutradara handal di sini, hehehehe.
Selfie bareng novel Pacar Ketiga. |
Yang paling kocak, adalah ketika
saya diminta untuk mengangkat tinggi-tinggi bantal kecil berbentuk love itu, sedangkan Niko mengitari saya
sambil merekam video. Saya sempat melirik di kejauhan sana, ada bapak-bapak
yang melihat ke arah kami. Saya sampe ngakak sendiri mikirin apa yang terlintas
di kepala bapak itu; dua cowok di tengah lapangan kosong, yang satu megang
bantal love dan satunya lagi
muter-muter megang hape. Tapi kita cuek tuh.
Daaan ketika syuting hampir kelar, tiba-tiba gerimis turun dan kami berdua
buru-buru menyelesaikan kegiatan seru itu. Gerimis itu sudah menjelma jadi hujan yang sangat
deras, kami bersyukur karena masih keburu membereskan peralatan ke dalam tas. Akhirnya kami menuju Living World Alam Sutera, yang jaraknya cuma
ditempuh lima menit. Sesampainya di parkiran, kami ngelap-ngelap lengan dan
bagian badan yang terkena air hujan, walau ala kadarnya tapi tetap senang
karena masih bisa berteduh.
Di parkiran. Yang satu selfie, yang satunya lagi ngelap-ngelap. |
Jadilah muter-muter di dalam mal tanpa
direncana. Dan karena lapar lagi, kami makan di Kenny Rogers Roasters. Sambil ngobrol
dan ngakak-ngakak, nggak lupa pula Niko memanfaatkan waktu untuk mengedit video
syuting trailer di ponselnya. Begitu Niko menunjukkan hasilnya, saya dibuat kagum
karena keindahan gambar yang dihasilkan. Ya, Niko memang memberi banyak unsur pemanis di video trailer ini. Dimulai dari bantal merah sampai buku-buku yang dibuat berjajar di rumput, dan masih banyak lagi. Oh iya, berhubung masih rough cut, jadi Niko masih
perlu mengeditnya lagi di rumah.
Itulah sepenggal cerita di balik pembuatan
trailer novel Pacar Ketiga. Terima kasih banyak buat Niko, dorongan dan antusiasme dialah yang akhirnya bisa menggerakkan saya untuk mau membuat trailer novel. Dan tadaaa inilah dia video behind the scene trailer
novel Pacar Ketiga. Segera disusul dengan full trailer-nya, ya! Cekibrooot!
Posted by Unknown in Diary Dhika
2 comments
Pages
Powered by Blogger.