Di lokasi pembuatan video trailer novel Pacar Ketiga.



Kalau ada orang yang paling antusias dengan terbitnya novel saya, Pacar Ketiga, dia adalah Nikotopia. Yap, partner in crime saya dalam menulis skenario. Sejak tahu novel saya akan terbit di Gramedia Pustaka Utama, justru Niko yang rajin ngeluarin ide-ide dari kepalanya, tentang bagaimana mempromosikan novel ini.
            “Ayo, Dhik, bikin trailer novelnya! Biar bisa merangkul banyak calon pembacamu.” Begitu kata Niko.
Tadinya saya nggak kepikiran sama sekali tentang membuat trailer novel. Tapi karena akhirnya saya sadar bahwa marketing itu penting dalam sebuah industri penerbitan, saya setuju- dengan ide membuat trailer novel. Ya meski nggak heboh-heboh amat, paling tidak dari penulisnya sendiri ada effort untuk menyebar informasi bahwa karyanya terbit. Nah, semakin banyak yang tahu maka semakin besar kemungkinan orang mau membeli karya kita.
Dan berhubung saya orangnya nggak enakan, sebisa mungkin saya maunya nggak bikin Niko repot. Soalnya ide-ide dia, semakin bagus maka semakin susah pembuatannya.
“Disederhanakan aja, Niko. Gak perlu susah-susah bikinnya. Yang penting informasinya jelas.”
Masukan saya itu ditolak mentah-mentah, karena Niko nggak mau setengah-setengah dalam membantu bikin trailer novel. Dia mau hasilnya bagus. Akhirnya saya cuma bisa ngalah dan pasrah aja deh, maunya Niko gimana, siapa tau aja hasilnya emang keren! Hehehehe.
Hari Sabtu yang lalu, 17 Januari, saya pun naik motor menuju rumah Niko di daerah BSD Tangerang. Untuk apa lagi kalau bukan pengerjaan trailer novel. Sesampainya di rumah Niko, kami berdua berdiskusi seru tentang bikin trailer novel Pacar Ketiga. Niko pengin banget bikin stopmotion, tapi saya tahu bikin stopmotion itu pasti capek!
Nah, sedangkan bayangan saya adalah, cukup merekam video di tengah-tengah ilalang di saat senja. Dan saya kepikiran untuk bikin kertas-kertas berbentuk simbol love, dengan tulisan di tengahnya. Nantinya kertas berbentuk love itu akan ditempel di tiap batang ilalang. Nggak nyangka, ternyata Niko menyambut antusias ide ini. Sementara itu, langit di luar rumah Niko mendung, sehingga kami harus buru-buru. Sebelum senja benar-benar tidak bisa kami temui karena kemungkinan hujan yang akan segera turun.

Saya dan ilalang. Foto apik bidikan Nikotopia.

Kami beres-beres untuk membawa keperluan “syuting”. Buku-buku, peralatan tulis, gunting, double tape, kertas, power bank, bantal kecil berbentuk love, bahkan tongsis! Nah, dikarenakan saya belum punya buku fisik Pacar Ketiga, maka Niko mengajak saya dulu ke tempat print di dalam mal dekat rumahnya. Kami nge-print cover Pacar Ketiga (depan-belakang) di kertas glossy. Lumayan bikin mbak-mbaknya kepo dan nanya Niko, “Apaan nih, Pacar Ketiga?” Setelah Niko ngasih penjelasan, eh si mbak yang baik hati itu malah mau beli novelnya nanti kalau sudah beredar di toko buku. Terima kasih atas kebaikanmu, Mbak, semoga akhir bulan ini gajimu naik.
Setelah print cover, Niko pun menyulapnya dengan menempelkan print cover itu di novel lain. Jadi novel Looking For Alibrandi-nya Melina Marchetta untuk sementara cover-nya dibajak dulu dengan cover Pacar Ketiga! Xixixixixi….
            Sebelum kami berangkat ke lokasi syuting, kami mengisi perut dulu di sebuah warung nasi Sunda. Untuk ukuran tempat makan yang sederhana itu, menu yang saya makan cukup nikmat: nasi, kulit melinjo, sayur daun singkong, telor asin, terong ijo, dan sambel. Minumnya teh manis hangat. Niko juga menikmati makannya yaitu nasi, sayur-sayuran dan tempe. Suasana makan yang sungguh syahdu, ditemani lagu dangdut di radio berjudul “Cabe-cabean” yang saya sendiri nggak tahu siapa penyanyinya. Sedang lagu sebelumnya adalah “Sopir Taksi dan Gadis Desa” yang saya tahu betul bahwa lagu itu dinyaniin sama Iis Dahlia dan… (bentar, googling dulu) Yus Yunus, hihihi….
            Setelah kami membayar bill (yaelah bill), kami pun segera meluncur menuju Alam Sutera. Saya yang mengendarai motor, sementara Niko dibonceng sambil membidik pemandangan di sepanjang jalan dengan kamera ponsel pintarnya. Cahaya senja sudah mulai tiba, itu sekitar pukul lima sore. Akhirnya kami tiba di sebuah lapangan rumput yang luas, yang tidak ada siapa-siapa di situ sehingga membuat kami leluasa untuk melakukannya. Melakukan syuting. 

Menyiapkan kertas dan peralatan tulis.


            Semua alat tempur disiapin. Niko berkutat dengan kameranya, sembari mencari tempat-tempat yang tepat untuk pengambilan gambar. Sementara saya mengeluarkan kertas A4 beserta alat-alat tulis. Saya lalu membuat pola dengan pensil lalu mengguntingnya sesuai bentuk yang diinginkan. Misalnya satu kertas yang saya gunting sehingga membentuk simbol love,  segera saya tulisi kata “rahasia”, dan lain-lainnya. Ternyata saya nggak sadar bahwa Niko diam-diam ngelakuin candid. Dia juga minta saya untuk selfie bareng, tujuannya ya buat keperluan behind the scene trailer ini. Niko menjalankan perannya sebagai sutradara handal di sini, hehehehe. 

Selfie bareng novel Pacar Ketiga.

            Yang paling kocak, adalah ketika saya diminta untuk mengangkat tinggi-tinggi bantal kecil berbentuk love itu, sedangkan Niko mengitari saya sambil merekam video. Saya sempat melirik di kejauhan sana, ada bapak-bapak yang melihat ke arah kami. Saya sampe ngakak sendiri mikirin apa yang terlintas di kepala bapak itu; dua cowok di tengah lapangan kosong, yang satu megang bantal love dan satunya lagi muter-muter megang hape. Tapi kita cuek tuh.
            Daaan ketika syuting hampir kelar, tiba-tiba gerimis turun dan kami berdua buru-buru menyelesaikan kegiatan seru itu. Gerimis itu sudah menjelma jadi hujan yang sangat deras, kami bersyukur karena masih keburu membereskan peralatan ke dalam tas. Akhirnya kami menuju Living World Alam Sutera, yang jaraknya cuma ditempuh lima menit. Sesampainya di parkiran, kami ngelap-ngelap lengan dan bagian badan yang terkena air hujan, walau ala kadarnya tapi tetap senang karena masih bisa berteduh. 

Di parkiran. Yang satu selfie, yang satunya lagi ngelap-ngelap.

            Jadilah muter-muter di dalam mal tanpa direncana. Dan karena lapar lagi, kami makan di Kenny Rogers Roasters. Sambil ngobrol dan ngakak-ngakak, nggak lupa pula Niko memanfaatkan waktu untuk mengedit video syuting trailer di ponselnya. Begitu Niko menunjukkan hasilnya, saya dibuat kagum karena keindahan gambar yang dihasilkan. Ya, Niko memang memberi banyak unsur pemanis di video trailer ini. Dimulai dari bantal merah sampai buku-buku yang dibuat berjajar di rumput, dan masih banyak lagi. Oh iya, berhubung masih rough cut, jadi Niko masih perlu mengeditnya lagi di rumah. 
            Itulah sepenggal cerita di balik pembuatan trailer novel Pacar Ketiga. Terima kasih banyak buat Niko, dorongan dan antusiasme dialah yang akhirnya bisa menggerakkan saya untuk mau membuat trailer novel. Dan tadaaa inilah dia video behind the scene trailer novel Pacar Ketiga. Segera disusul dengan full trailer-nya, ya! Cekibrooot!